Sunday, February 10, 2008

Terkenang aku
[Please listen to the music on the right when reading this poem]

Terkenang aku,
Seorang insan bernama Yahya,
Ketika ia melarikan diri
Lalu bersembunyi di dalam pohon kayu
Betapa zalim nya manusia yg pantas membelah pohon kayu itu
Ketika mata gergaji mula mengena kepala Yahya
Tidak dia berganjak walau seinci pun
Betapa tabahnya hati seorang insan bernama Yahya

Terkenang aku,
Seorang insan bernama Ibrahim
Sesudah ditinggalkan anak tersayang
Kehausan dipadang pasir
Nah hari ini mesti Ibrahim menyembelih pula sang anak ini
Namun tidak pernah Ibrahim berpatah balik
Kalau tidak kerana Jibril yang menghentikannya
sudah tentu tumpah ke tanah darah Ismail
Betapa kagumnya aku dengan Ibrahim

Terkenang aku,
Seorang wanita bernama Maryam
Ketika tidak jemu-jemu dia sujud pada Tuhannya
Nah, mengandung ia seorang anak
Tak pernah Maryam mengeluh akan takdir Tuhan ini
Biar pun jerih perih di hina kanan dan kiri
Betapa Ilahi itu Maha Pembela hamba-hamba-Nya
Bayi yang kecil ini berkata-kata menyebelahi ibu yang tak berdosa
Salam ku kepada Maryam dan bayinya

Terkenang aku,
Seorang insan bernama Muhammad
Betapa dia hanya seorang insan,
Mengalir darahnya apabila dipungkang dengan batu-batuan
Nah datang Jibril menjanjikan bantuan
Akan diruntuh gunung-ganang agar tenggelam bumi Taif
Namun tenangnya Muhammad menghalang
Moga di masa hadapan penduduk Taif disapa keimananan

Terkenang aku,
Seorang insan bernama aku
Tak pernah istiqamah dengan sabar
Tak pernah bersungguh dengan syukur
Tak pernah tahan dengan tawakal
Tak pernah sunyi dari megeluh takdir-Mu
Tak pernah lama dengan mengigat-Mu
Ku tahu wahai Tuhan, mana mungkin tabah ku setabahnya Yahya
Mana mungkin hati ku seteguhnya Ibrahim, mana mungkin redha ku seredhanya Maryam,
Mana mungkin tenang ku setenangnya Muhammad

Aku cuma insan biasa
Punya salah tak terbilang-bilang banyaknya
Sabar ku, syukur ku, tabah ku, tawakal ku, tenang ku
Tak terjejak pun barang seinci dari tingginya mereka
Kalau mereka berhimpun atas teratak keredhaan-Mu
Mana mungkin layak diri hamba-Mu yang miskin jijik dan kotor ini
Datang mengemis barang sisa-sisa diserambi yang sama

Ku tahu aku cuma pengemis
Namun Tuhan
Hati pengemis ini terkadang terasa juga sunyinya
Perasaan pengemis ini terkadang terguris jua
Tubuh kerdil pengemis ini terkadang bergetar menahan dingin

Wahai Tuhan,
Aku bersimpuh merayu dihujung-hujung sifat penyayang-Mu
Walaupun jauh hamba-Mu ini dari layak walaupun sebagai pengemis
Ku pohon barang sehirup dari sisa-sisa keampunan-Mu
Ku pinta sericis dari perca-perca rahmat-Mu
Buat aku berteduh diri ketika ribut
Buat teman ketika ajal memanggil pulang

No comments: